Assalamualaikum.
Pukul 12:58 WIB
Yaah.. sembari menunggu lagi posting-posting berikutnya, mau share tentang karya tulis yang aku buat. yap, cerpen. aku suka menulis cerpen dari kelas 1 SMA. dan kali ini ingin mempublikasikannya :)
Semoga bisa bermanfaat, yah sekalian promosi sih.
langsung aja check it out bro, sist.
Lukisan
Kematian ( The Death Paint )
“Kaaaakeeeeekkk…..”,
Yah,, ia adalah suara adik perempuan
ku. Namanya Lusi, dia baru menginjak 10 tahun.
Di sebelah Lusi ada kakak ku, namanya Tommy. Dia kuliah di salah satu
perguruan tinggi negeri., sedangkan aku adalah Nino, remaja muda yang suka
kisah misteri. Di sekolah ku aku di panggil Davinci,
karena aku suka sekali dengan lukisan. Entah mengapa, setiap melihat
lukisan, aku seperti di dalamnya, sehingga aku tahu nilai-nilai yang di
tanamkan oleh pelukis.
“kakek..kakek.. kita
liburan disini, kata papah, lusi, kak nino sama kak tommy juga liburannya
disini,” Lusi seakan kegirangan dengan liburan kali ini. Jelaslah, kakek Rudy
termasuk orang paling kaya di kompleknya. Semua permainan hiburan ada di taman
bermain, seakan-akan ancol pindah tempat ke halaman yang luas ini. “ iyaa lus,
kakek senang deh kalian bisa liburan disini, kebetulan kakek baru taken kontrak sama pihak McRonald.”, “
haaa?” Lusi bingung. “itu loh, makanan
cepat saji yang sering kita beli dulu, berger,,berger” ujar kak tommy sambil
memainkan hapenya. “woaaah, senangnya ada McRonald di rumah kakek”, kakek hanya
tersenyum.
Ini adalah liburan yang paling
membosankan, rupanya hanya lusi yang bahagia, kak tommy sedang asyik ngerayu
pembantu kakek. Kebetulan kakek memperkerjakan pembantu baru, umurnya yang
masih muda sekitar 22 tahun, beda 3 tahun dari kakak ku dan ini adalah salah
satu moment yang disuka oleh kak tommy. “merayu cewek”. Gak terasa hari sudah
semakin gelap, “hoaaamh, jam 9 malam yah, tapi sudah sepi kayak gini.” Kataku
dalam hati. “Nino…ninoo…”, sepertinya itu suara yang gak ingin aku dengar, kak
tommy. Pasti akan datang, minta bantuan untuk buka internet, abis itu di suruh
pergi. Tepat sekali, “ No, bantuin kakak dong, bagaimana cara buka internet
disini, hehe” ,seperti dugaanku. “ Aku gak tahu, mau tidur, ngantuk” . “ iihh,
pelit kamu, lihat saja entar.” Kak tommy lalu pergi meninggalkan kamarku sambil
memasang muka suram.
Kamarku bersebelahan dengan kamar kak
tommy, sedangkan kamar Lusi berada di bawah bersama kakek ku. Seperti biasa,
aku tidur sendirian setiap hari, tapi tidak kali ini, “ kak nino, lusi tidur di
kamar kakak yah, kakek lagi pergi tuh, gak tahu deh kapan pulangnya.”
Aaarrgghh, mengganggu liburanku yang super membosankan, gak bisa deh telponan
sama pacarku Lita. “hemmh, iyah..iyah, tapi janji, lusi gak bakal ganggu kak
noni sms-an, lusi harus tidur jam 10 dan jangan pernah keluyuran tengah malam.
Kalau ingin sesuatu bangunin kakak, rumah ini besar, nanti kamu tersesat.”.
“Siaaaaapppp bos” katanya dengan semangat.
Jam setengah sepuluh,
terasa lama bagiku untuk melihat angka 10 di jam itu. Lusi masih asyik menonton
TV d kamar ku. Acara kartun sponctob the
movie, acara yang paling di tunggu-tunggu anak seusianya. Yah, lebih baik
begitu daripada dia mengganggu ku sms-an. “Lusi, kakak mau ke dapur dulu, kakak
mau minum, kamu mau kakak ambilin air minum?”, “gak usah kak, lusi gak haus,
bawain aja donat yang tadi di beli di jalan.” Kata lusi seenaknya. Lalu ku
berjalan keluar kamar, dan melewati kamar kak tommy. Anehnya, saat kulihat
kamarnya, dia gak ada. Ah, mungkin lagi ngerayu pembantu itu. Aku pun terus
menuruni tangga dan ke dapur untuk minum.
Di dapur hanya ada mbok ijah, lagi
cuci piring. “Mbok, liat kak tommy? Terus kakek kemana mbok?” sambil minum. “
nah, kalau mas tommy, mbok gak tahu. Kalau tuan kayaknya tadi pergi, katanya
ada yang mau di ambil di kantornya”. Tumben malam-malam kakek ke kantor,
biasanya kakek paling malas kalau pergi ke kantor. Kantor kakek memang terletak
gak jauh dari rumahnya. Kantor itu yah perusahaanya beliau. Beliau sudah
membuka 14 cabang di seluruh Indonesia. Ekspor-impor barang.
Setelah minum aku pun pergi ke
garasi, untuk ambil donat yang kami beli tadi. Saat melewati ruang tengah, aku
melihat kakek sama kak tommy sedang berbicara. “ loh..loh, katanya kakek pergi”
aku menyela saat mereka mengobrol. “waah, ini dia cucu kakek yang suka
lukisan”, “ ada apa ini kek? Kok kayaknya rahasia banget.” Ujarku penasaran. “
gini loh no, kakek barusan dikirimi lukisan di kantornya, lukisan itu termasuk
lukisan ketiga termahal di dunia. Pelukisnya bernama Louis Carl Maxime, pelukis berdarah perancis ini tewas sehari
setelah ia merampungkan lukisannya” kata kak tommy dengan serius.
“Terus kenapa kakek dan kak tommy
pasang muka murung begitu?”, sepertinya ada hal aneh. Kakek dan kak tommy diam
sejenak, lalu “ ini pesan yang baru saja di kirim oleh seseorang
“Jika kalian ingin hidup, serahkan lukisan itu. Lukisan
itu adalah pesan keramat. Tidak sembarangan orang yang boleh memiliknya. Kalau
kalian tidak memberikannya pada kami, kalian akan di kutuk selamanya.”
Pesan Kematian
Apaan
ini, pesan yang dikirim oleh seseorang psikopat yang mencoba meneror kami.
Mentang-mentang lukisan ini mahal, kita di bodoh-bodohin dengan surat anak
kecil kayak gini, siapa yang percaya. “ no, kamu percaya dengan surat ini?”
kata kakak ku. “Jelas enggaklah, ini surat cuma tipuan anak kecil belaka”, kak
tommy lalu membuka kotak kecil dari kado yang telah di sobeknya tadi, “ ini no,
bukalah”. Aku membuka dengan penasaran, keringat sudah membasahi dahiku.
Sialan, ini bukan candaan, aku langsung membuang kotak itu. Ternyata isinya
adalah potongan telinga sebelah kanan yang penuh darah, aku gak tahu telinga
siapa. Aku rasa orang psikopat ini benar-benar serius.
“ no,
sepertinya kita sudah di buntuti oleh segerombolan orang, dan juga lukisan itu,
apakah benar kutukan kematian?”. Sial, aku gak bisa ngomong apa-apa. Kakek dan
kak tommy nampak cemas. Rumah yang sebesar mall Mangga 2 ini hanya berpenghuni
10 orang saja malam ini. Kakek, aku, kak tommy, lusi, mbok ijah, mbok inem,
pembantu yang di rayu kakak ku, 2 orang satpam dan 1 orang tukang kebun.
Apa
yang harus kita lakukan, itulah pertanyaan yang selalu kupikirkan saat ini. “
kek, dimana lukisan itu?”, kakek lalu mengantar aku ke kamarnya bersama kak
tommy. Lukisan itu tergeletak di atas karpet tebal berwarna merah khas kamar
kakek. Aku lalu mencoba melihat secara detail lukisan itu. Setiap goresan
kuasnya, paduan warnanya, serta gaya melukisnya. Yah, ini adalah gambar sebuah
bangunan mewah, bergaya modern. Sial, modern? Lukisan ini di lukis oleh seorang
yang lahirnya satu setengah abad dari umur kakek ku. Kenapa bisa melukis
bangunan modern? Dan lebih anehnya lagi, bangunan modern ini adalah bangunan
rumah kakek. “ kek, ini bukannya…” belum sempat aku melanjutkan berbicara kakek
memotongnya, “ iya no, ini gambar lukisan rumah kakek, makanya kakek merasa
gundah. Apa yang sebenarnya terjadi”.
Mampus, liburanku
yang berantakan kini menjadi liburan yang sangat horor. Nyawa orang-orang di
rumah ini sedang terancam. Ku perhatikan lagi lukisan itu, dan yang mengejutkan
adalah ada gambar seseorang yang tergeletak di gerbang dengan cucuran darah di
tanah. Lebih sial lagi, gambar itu seperti.. “ kek, coba kontak dengan satpam
di luar.” Kakek ku langsung mengambil walkie talkie-nya dan mencoba menghubungi
satpam. 2 orang satpam itu bernama pak Johan dan pak Musni. Ternyata yang
tersambung dengan pak johan.
Kakek
lalu berbicara dengan pak johan,
“ pak johan? “
“ iya tuan, ada apa tuan? “
“ pak musni dimana? “
“ sepertinya sedang berjaga di pos
tuan.”
“ pak johan dimana sekarang? “
“ saya lagi di kamar tuan, lagi
kurang sehat. “
Saat
kakek sedang berbicara, aku langsung pergi ke dapur untuk memastikan keadaan
pak johan, karena lewat dapur pun aku bisa melihat kamarnya pak johan. Ternyata
benar, pak johan sedang berbaring di kasurnya sambil memegang walkie
talkie-nya. Namun, ada yang janggal, yah..benar, sepertinya pak johan memakai
seragam lengkap saat ia berbaring. Aneh. Kemudian aku kembali ke kamar kakek
dengan perasaan janggal berbaur dengan rasa cemasku yang semakin menjadi-jadi.
Aku masuk ke kamar kakek, kakek saat
itu masih berbicara pada pak johan dan mengatakan untuk meminta tolong melihat
pak musni di pos jaga. Aku duduk di kasur kakek sambil melihat lukisan itu. Kak
tommy sepertinya juga penasaran, dari tadi ia bengong. Kak tommy meminta kakek
untuk menelpon polisi, namun kakek menolak dengan alasan keselamatan nyawa.
Pasti si pemburu lukisan ini sudah mengepung rumah besar ini.
Sial bener, di rumah kakek gak ada
alat untuk menjaga diri. Tunggu dulu, apa ini, aku melihat sosok bayangan di
lukisan ini, setelah ada gambar seseorang tergeletak, kini ada orang yang
sedang berjongkok. Apa? Jangan-jangan itu.. aku langsung berlari ke ruang tamu
kakek, dan membuka sedikit korden yang besar itu. Ku lihat ada 2 mayat
sekarang, pak johan dan pak musni, tidak salah lagi, berarti potongan telinga
yang tadi itu adalah dari tubuh pak musni.
Kak tommy lalu
menghampiriku, “ no, kamu lagi apa?, “ coba lihat, itu mayat pak musni dan pak
johan, berarti potongan telinga itu adalah milik pak musni.” Kataku dengan nada
sedikit berbisik. Dua orang sudah tewas, lalu siapa lagi? Kenapa satpam itu
yang dibunuhnya? Jika lukisan ini sebuah kutukan, seharusnya kamilah lebih dulu
yang mati. Saat kembali ke kamar kakek, anehnya kakek sudah gak ada, hilang.
Kami berdua tercengang, bingung dan gak tahu berbuat apa, apakah kakek juga
sudah dibunuhnya? Kami berdua lalu mencari kakek, kak tommy mencari di dapur
dan di ruang lain, sedangkan aku masih di kamar kakek, mengamati lagi lukisan
itu, berharap bisa menemukan kakek.
Rumah, taman, biasa saja. Pos jaga
dengan 2 mayat tergeletak, tergeletak? Saat itu gambarnya masih ada yang posisi
jongkok. Aneh. Garasi, kamar lusi. Lusi ! lusi ada di dalam lukisan, siaaal.
Aku lalu berlari ke kamar ku, semoga masih bisa menyelamatkan lusi. Kubuka dan
kulihat isi kamar. Lusi gak ada, gak ada. Aku mencari ke kamar mandi pun juga
gak ada. Kemana lusi? Kemana kakek? Hilang? Mati? Inilah yang dinamakan panic
tingkat dewa, baru pertama kalinya aku panic. Aku berlari keluar kamar, tujuan
utama mencoba untuk bertemu dengan kak tommy terlebih dahulu. Dapur, yah, aku
harus ke dapur.
Deg..deg.. haah,,,erraaaagghh…
mati..potong.. kak tommy mati. Kak tommy mati dengan kaki terpotong entah
kemana. Aku..aku, apa yang kurasakan. Mau nangis, ingin berlari. Aku hanya bisa
melihat kak tommy yang badannya sudah terpotong menjadi 2 di sebelah lemari
pendingin. Aku benar-benar takut. 2 orang satpam tewas, termasuk kak tommy.
Kakek dan lusi hilang. Pembantu-pembantu tiba-tiba gak ada. Tukang kebun, yah
tersisa tinggal tukang kebun. Dimana dia. Dialah satu-satunya tempat ku meminta
tolong.
Aku mencari di segala sisi rumah,
kamar kakek, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, hingga taman belakang. Gak ada
sama sekali, kecuali, ruang seni. Yah ruang seni. Dulu aku sering kesana untuk
menikmati keindahan lukisan yang di beli kakek. Segera saja aku menuju ruang
seni. Kaget, takut, aaarrgggghhh,,,, kakek, lusi, semua pembantu dan tukang
kebun, terlukis jelas di semua lukisan itu. Apa ini, seperti sebuah candaan
tapi nyata. Siaal, sisa aku, hanya aku yang masih hidup. Sendiri. Kemana aku
harus pergi, kemana. Benar, ke kamar kakek, melihat lukisan itu. Lukisan yang
asli.
Saat ku menuju kamar
kakek, aku gak melihat kotak kecil yang ku lempar, potongan telinga itu juga
gak ada. Ku sempatkan ke dapur, dan ternyata benar. Mayat kak tommy sudah
menghilang. Apa itu, apa yang terjadi.aku semakin takut dengan semua ini.
Tujuan utama ke kamar kakek. Segera aku kesana dan,,,dan.. lukisan itu hilang.
Hilang. Dimana lukisan itu, dimana orang-orang itu. Sial. Apa yang harus
kulakukan? Aku gak tahu.
Aku terduduk di karpet merah itu, aku
menangis, aku takut, aku bingung. Sejenak aku mencoba menjernihkan pikrianku.
Mencoba untuk berfikir. Keanehan pertama terjadi saat kakek yang tidak
biasanya. Pergi ke kantor malam-malam hanya untuk sebuah lukisan langka.
Keanehan kedua di saat seseorang misterius memberikan pesan kematian kepada
kami dan memberikan potongan telinga yang di duga pemiliknya adalah pak musni.
Setelah itu aku melihat lukisan itu. Berarti pak musni telah terbunuh saat aku
melihat mayat tergeletak di lukisan itu. Kemudian keanehan berikutnya, pak
johan yang sakit dan berbaring menggunakan seragam lengkap. Dan saat ku lihat
di lukisan terlihat sosok bayangan yang sedang dalam posisi jongkok. Aku duga
itu adalah pak johan. Lalu ku temukn pak johan tewas, berarti lukisan ini yang
menandakan pesan kematian, tetapi bertolak belakang dengan kejadian pak musni
yang tewas terlebih dahulu.
Keanehan selanjutnya, semua lukisan
di ruang seni hilang dan di ganti dengan lukisan orang-orang di rumah ini.
Keanehan terakhir, lukisan ini hilang. Siapa yang bisa memindahkannya dengan
cepat. Dan dimana lukisan itu? Hemm, sepertinya aku mulai memahami ini semua,
jika ini sebuah lelucon yang dibuat kakek ku untukku. Berarti, seharusnya mayat
2 orang satpam itu harusnya hilang.
Aku langsung berlari keluar rumah dan
memastikan kedua mayat itu. Hemm, aku tersenyum singkat. Kedua mayat itu
hilang. Sudah ku duga. Berarti tidak salah lagi, ruangan yang pas untuk
memindahkan lukisan sebesar 3 x 4 meter itu dengan cepat adalah di garasi. Yah
di garasi. Aku mulai tidak takut lagi, sepertinya ini sebuah permainan yang
dibuat oleh kakekku. Aku berjalan menuju garasi, gak terlalu jauh dari posisi
kedua mayat menuju garasi. Ku buka pintu garasi, gelap. Aku gak tahu dimana
tempat nyalain lampunya. Agak lama aku mencari stop kontaknya, hape ku
berdering. Kulihat hapeku, ternyata sms dari kak tommy yang isinya,
Nino, kamu
kemana? Kok kamu kabur dari rumah kakek sih? Kita susah-susah nyariin kamu loh.
Kabur? Sms apa ini? Siapa yang kabur?
Lalu aku sms balik ke kak tommy dengan mengatakan bahwa aku lagi di garasi
mobil, dan bertanya dimana kalian bersembunyi. Tapi yang lebih mengejutkan ku,
sms yang di bales kak tommy,
Kamu ngomong
apa sih? Kakak sama pak musni lagi di garasi nih, mau masuk mobil cari kamu,
jangan bercanda deh. Kamu dimana no?
Apa? Garasi? Maksudnya? Jangan-jangan
ini bukan candaan yang dibuat kakekku. Apakah ini nyata? Sebenarnya aku dimana?
Aku gak balas sms kakakku. Aku segera mencari stop kontaknya. Sip, ketemu. Ku
nyalakan lampunya dan, deg,deg,deg huaaaah,,, apa ini,,,apa? Semua lukisan kakek
ada disini, begitu juga dengan mayat-mayat satpam, kak tommy.
Aaaaaaaaaaaaaaaa….. kepala kakek ada di meja, lusi tergantung. Apa ini? Apa
yang terjadi.
Aku lalu terduduk
dengan lemas, aku gak tahu. Apa ini, apaa? Lalu aku sms kakak ku tommy, aku
bilang kalau aku gak tahu ada dimana. Tiba-tiba di depan ku telah ada lukisan
itu. Lukisan kematian itu. Dan tergambar aku sedang duduk di antara lukisan.
Seperti kenyataan, memang aku lagi duduk di antara lukisan sekarang. Namun, di
lukisan itu tergambar sesosok bayangan yang membawa pedang tajam siap memenggal
kepalaku, dan ………………………………......…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Keesokan harinya. Di sebuah acara
berita, di televisi.
Telah hilang,
cucu seorang pengusaha kaya raya di kediamannya sendiri pada pukul 12.30 waktu
setempat. Cucu bapak Rudy Hadi Setiawan itu bernama Noni Al-Furoni. Di duga
hilang setelah kabur dari rumah. Jika ada yang mellihatnya kami harap anda
dapat memberitahu keluarga korban atau hubungi kantor kepolisian.
Lukisan itu ternyata tidak ada, Louis Carl Maxime seorang pelukis
psikopat itu adalah seorang jenderal Russia yang telah lama tewas saat perang
saudara, hape kak tommy ternyata telah hilang 5 hari yang lalu, yang lebih
aneh, kami bertiga aku, kak tommy, dan lusi, tidak pernah berlibur di rumah
kakek saat itu. Lukisan siapakah itu? Dimana lukisan itu? Mungkin saja kini
berada di rumah kalian.
END
Karya : Muhammad Imam Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar