Selasa, 28 Mei 2013

Cerpen "Lukisan Kematian" (the death paint)


Assalamualaikum.

Pukul 12:58 WIB

Yaah.. sembari menunggu lagi posting-posting berikutnya, mau share tentang karya tulis yang aku buat. yap, cerpen. aku suka menulis cerpen dari kelas 1 SMA. dan kali ini ingin mempublikasikannya :)
Semoga bisa bermanfaat, yah sekalian promosi sih.
langsung aja check it out bro, sist.




Lukisan Kematian ( The Death Paint )


“Kaaaakeeeeekkk…..”,
Yah,, ia adalah suara adik perempuan ku. Namanya Lusi, dia baru menginjak 10 tahun.  Di sebelah Lusi ada kakak ku, namanya Tommy. Dia kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri., sedangkan aku adalah Nino, remaja muda yang suka kisah misteri. Di sekolah ku aku di panggil Davinci, karena aku suka sekali dengan lukisan. Entah mengapa, setiap melihat lukisan, aku seperti di dalamnya, sehingga aku tahu nilai-nilai yang di tanamkan oleh pelukis.
“kakek..kakek.. kita liburan disini, kata papah, lusi, kak nino sama kak tommy juga liburannya disini,” Lusi seakan kegirangan dengan liburan kali ini. Jelaslah, kakek Rudy termasuk orang paling kaya di kompleknya. Semua permainan hiburan ada di taman bermain, seakan-akan ancol pindah tempat ke halaman yang luas ini. “ iyaa lus, kakek senang deh kalian bisa liburan disini, kebetulan kakek baru taken kontrak sama pihak McRonald.”, “ haaa?” Lusi bingung.  “itu loh, makanan cepat saji yang sering kita beli dulu, berger,,berger” ujar kak tommy sambil memainkan hapenya. “woaaah, senangnya ada McRonald di rumah kakek”, kakek hanya tersenyum.
Ini adalah liburan yang paling membosankan, rupanya hanya lusi yang bahagia, kak tommy sedang asyik ngerayu pembantu kakek. Kebetulan kakek memperkerjakan pembantu baru, umurnya yang masih muda sekitar 22 tahun, beda 3 tahun dari kakak ku dan ini adalah salah satu moment yang disuka oleh kak tommy. “merayu cewek”. Gak terasa hari sudah semakin gelap, “hoaaamh, jam 9 malam yah, tapi sudah sepi kayak gini.” Kataku dalam hati. “Nino…ninoo…”, sepertinya itu suara yang gak ingin aku dengar, kak tommy. Pasti akan datang, minta bantuan untuk buka internet, abis itu di suruh pergi. Tepat sekali, “ No, bantuin kakak dong, bagaimana cara buka internet disini, hehe” ,seperti dugaanku. “ Aku gak tahu, mau tidur, ngantuk” . “ iihh, pelit kamu, lihat saja entar.” Kak tommy lalu pergi meninggalkan kamarku sambil memasang muka suram.
Kamarku bersebelahan dengan kamar kak tommy, sedangkan kamar Lusi berada di bawah bersama kakek ku. Seperti biasa, aku tidur sendirian setiap hari, tapi tidak kali ini, “ kak nino, lusi tidur di kamar kakak yah, kakek lagi pergi tuh, gak tahu deh kapan pulangnya.” Aaarrgghh, mengganggu liburanku yang super membosankan, gak bisa deh telponan sama pacarku Lita. “hemmh, iyah..iyah, tapi janji, lusi gak bakal ganggu kak noni sms-an, lusi harus tidur jam 10 dan jangan pernah keluyuran tengah malam. Kalau ingin sesuatu bangunin kakak, rumah ini besar, nanti kamu tersesat.”. “Siaaaaapppp bos” katanya dengan semangat.
Jam setengah sepuluh, terasa lama bagiku untuk melihat angka 10 di jam itu. Lusi masih asyik menonton TV d kamar ku. Acara kartun sponctob the movie, acara yang paling di tunggu-tunggu anak seusianya. Yah, lebih baik begitu daripada dia mengganggu ku sms-an. “Lusi, kakak mau ke dapur dulu, kakak mau minum, kamu mau kakak ambilin air minum?”, “gak usah kak, lusi gak haus, bawain aja donat yang tadi di beli di jalan.” Kata lusi seenaknya. Lalu ku berjalan keluar kamar, dan melewati kamar kak tommy. Anehnya, saat kulihat kamarnya, dia gak ada. Ah, mungkin lagi ngerayu pembantu itu. Aku pun terus menuruni tangga dan ke dapur untuk minum.
Di dapur hanya ada mbok ijah, lagi cuci piring. “Mbok, liat kak tommy? Terus kakek kemana mbok?” sambil minum. “ nah, kalau mas tommy, mbok gak tahu. Kalau tuan kayaknya tadi pergi, katanya ada yang mau di ambil di kantornya”. Tumben malam-malam kakek ke kantor, biasanya kakek paling malas kalau pergi ke kantor. Kantor kakek memang terletak gak jauh dari rumahnya. Kantor itu yah perusahaanya beliau. Beliau sudah membuka 14 cabang di seluruh Indonesia. Ekspor-impor barang.
Setelah minum aku pun pergi ke garasi, untuk ambil donat yang kami beli tadi. Saat melewati ruang tengah, aku melihat kakek sama kak tommy sedang berbicara. “ loh..loh, katanya kakek pergi” aku menyela saat mereka mengobrol. “waah, ini dia cucu kakek yang suka lukisan”, “ ada apa ini kek? Kok kayaknya rahasia banget.” Ujarku penasaran. “ gini loh no, kakek barusan dikirimi lukisan di kantornya, lukisan itu termasuk lukisan ketiga termahal di dunia. Pelukisnya bernama Louis Carl Maxime, pelukis berdarah perancis ini tewas sehari setelah ia merampungkan lukisannya” kata kak tommy dengan serius.
“Terus kenapa kakek dan kak tommy pasang muka murung begitu?”, sepertinya ada hal aneh. Kakek dan kak tommy diam sejenak, lalu “ ini pesan yang baru saja di kirim oleh seseorang


“Jika kalian ingin hidup, serahkan lukisan itu. Lukisan itu adalah pesan keramat. Tidak sembarangan orang yang boleh memiliknya. Kalau kalian tidak memberikannya pada kami, kalian akan di kutuk selamanya.”


Pesan Kematian
Apaan ini, pesan yang dikirim oleh seseorang psikopat yang mencoba meneror kami. Mentang-mentang lukisan ini mahal, kita di bodoh-bodohin dengan surat anak kecil kayak gini, siapa yang percaya. “ no, kamu percaya dengan surat ini?” kata kakak ku. “Jelas enggaklah, ini surat cuma tipuan anak kecil belaka”, kak tommy lalu membuka kotak kecil dari kado yang telah di sobeknya tadi, “ ini no, bukalah”. Aku membuka dengan penasaran, keringat sudah membasahi dahiku. Sialan, ini bukan candaan, aku langsung membuang kotak itu. Ternyata isinya adalah potongan telinga sebelah kanan yang penuh darah, aku gak tahu telinga siapa. Aku rasa orang psikopat ini benar-benar serius.
“ no, sepertinya kita sudah di buntuti oleh segerombolan orang, dan juga lukisan itu, apakah benar kutukan kematian?”. Sial, aku gak bisa ngomong apa-apa. Kakek dan kak tommy nampak cemas. Rumah yang sebesar mall Mangga 2 ini hanya berpenghuni 10 orang saja malam ini. Kakek, aku, kak tommy, lusi, mbok ijah, mbok inem, pembantu yang di rayu kakak ku, 2 orang satpam dan 1 orang tukang kebun.
Apa yang harus kita lakukan, itulah pertanyaan yang selalu kupikirkan saat ini. “ kek, dimana lukisan itu?”, kakek lalu mengantar aku ke kamarnya bersama kak tommy. Lukisan itu tergeletak di atas karpet tebal berwarna merah khas kamar kakek. Aku lalu mencoba melihat secara detail lukisan itu. Setiap goresan kuasnya, paduan warnanya, serta gaya melukisnya. Yah, ini adalah gambar sebuah bangunan mewah, bergaya modern. Sial, modern? Lukisan ini di lukis oleh seorang yang lahirnya satu setengah abad dari umur kakek ku. Kenapa bisa melukis bangunan modern? Dan lebih anehnya lagi, bangunan modern ini adalah bangunan rumah kakek. “ kek, ini bukannya…” belum sempat aku melanjutkan berbicara kakek memotongnya, “ iya no, ini gambar lukisan rumah kakek, makanya kakek merasa gundah. Apa yang sebenarnya terjadi”.
Mampus, liburanku yang berantakan kini menjadi liburan yang sangat horor. Nyawa orang-orang di rumah ini sedang terancam. Ku perhatikan lagi lukisan itu, dan yang mengejutkan adalah ada gambar seseorang yang tergeletak di gerbang dengan cucuran darah di tanah. Lebih sial lagi, gambar itu seperti.. “ kek, coba kontak dengan satpam di luar.” Kakek ku langsung mengambil walkie talkie-nya dan mencoba menghubungi satpam. 2 orang satpam itu bernama pak Johan dan pak Musni. Ternyata yang tersambung dengan pak johan.
Kakek lalu berbicara dengan pak johan,
“ pak johan? “
“ iya tuan, ada apa tuan? “
“ pak musni dimana? “
“ sepertinya sedang berjaga di pos tuan.”
“ pak johan dimana sekarang? “
“ saya lagi di kamar tuan, lagi kurang sehat. “
            Saat kakek sedang berbicara, aku langsung pergi ke dapur untuk memastikan keadaan pak johan, karena lewat dapur pun aku bisa melihat kamarnya pak johan. Ternyata benar, pak johan sedang berbaring di kasurnya sambil memegang walkie talkie-nya. Namun, ada yang janggal, yah..benar, sepertinya pak johan memakai seragam lengkap saat ia berbaring. Aneh. Kemudian aku kembali ke kamar kakek dengan perasaan janggal berbaur dengan rasa cemasku yang semakin menjadi-jadi.
Aku masuk ke kamar kakek, kakek saat itu masih berbicara pada pak johan dan mengatakan untuk meminta tolong melihat pak musni di pos jaga. Aku duduk di kasur kakek sambil melihat lukisan itu. Kak tommy sepertinya juga penasaran, dari tadi ia bengong. Kak tommy meminta kakek untuk menelpon polisi, namun kakek menolak dengan alasan keselamatan nyawa. Pasti si pemburu lukisan ini sudah mengepung rumah besar ini.
Sial bener, di rumah kakek gak ada alat untuk menjaga diri. Tunggu dulu, apa ini, aku melihat sosok bayangan di lukisan ini, setelah ada gambar seseorang tergeletak, kini ada orang yang sedang berjongkok. Apa? Jangan-jangan itu.. aku langsung berlari ke ruang tamu kakek, dan membuka sedikit korden yang besar itu. Ku lihat ada 2 mayat sekarang, pak johan dan pak musni, tidak salah lagi, berarti potongan telinga yang tadi itu adalah dari tubuh pak musni.
Kak tommy lalu menghampiriku, “ no, kamu lagi apa?, “ coba lihat, itu mayat pak musni dan pak johan, berarti potongan telinga itu adalah milik pak musni.” Kataku dengan nada sedikit berbisik. Dua orang sudah tewas, lalu siapa lagi? Kenapa satpam itu yang dibunuhnya? Jika lukisan ini sebuah kutukan, seharusnya kamilah lebih dulu yang mati. Saat kembali ke kamar kakek, anehnya kakek sudah gak ada, hilang. Kami berdua tercengang, bingung dan gak tahu berbuat apa, apakah kakek juga sudah dibunuhnya? Kami berdua lalu mencari kakek, kak tommy mencari di dapur dan di ruang lain, sedangkan aku masih di kamar kakek, mengamati lagi lukisan itu, berharap bisa menemukan kakek.
Rumah, taman, biasa saja. Pos jaga dengan 2 mayat tergeletak, tergeletak? Saat itu gambarnya masih ada yang posisi jongkok. Aneh. Garasi, kamar lusi. Lusi ! lusi ada di dalam lukisan, siaaal. Aku lalu berlari ke kamar ku, semoga masih bisa menyelamatkan lusi. Kubuka dan kulihat isi kamar. Lusi gak ada, gak ada. Aku mencari ke kamar mandi pun juga gak ada. Kemana lusi? Kemana kakek? Hilang? Mati? Inilah yang dinamakan panic tingkat dewa, baru pertama kalinya aku panic. Aku berlari keluar kamar, tujuan utama mencoba untuk bertemu dengan kak tommy terlebih dahulu. Dapur, yah, aku harus ke dapur.
Deg..deg.. haah,,,erraaaagghh… mati..potong.. kak tommy mati. Kak tommy mati dengan kaki terpotong entah kemana. Aku..aku, apa yang kurasakan. Mau nangis, ingin berlari. Aku hanya bisa melihat kak tommy yang badannya sudah terpotong menjadi 2 di sebelah lemari pendingin. Aku benar-benar takut. 2 orang satpam tewas, termasuk kak tommy. Kakek dan lusi hilang. Pembantu-pembantu tiba-tiba gak ada. Tukang kebun, yah tersisa tinggal tukang kebun. Dimana dia. Dialah satu-satunya tempat ku meminta tolong.
Aku mencari di segala sisi rumah, kamar kakek, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, hingga taman belakang. Gak ada sama sekali, kecuali, ruang seni. Yah ruang seni. Dulu aku sering kesana untuk menikmati keindahan lukisan yang di beli kakek. Segera saja aku menuju ruang seni. Kaget, takut, aaarrgggghhh,,,, kakek, lusi, semua pembantu dan tukang kebun, terlukis jelas di semua lukisan itu. Apa ini, seperti sebuah candaan tapi nyata. Siaal, sisa aku, hanya aku yang masih hidup. Sendiri. Kemana aku harus pergi, kemana. Benar, ke kamar kakek, melihat lukisan itu. Lukisan yang asli.
Saat ku menuju kamar kakek, aku gak melihat kotak kecil yang ku lempar, potongan telinga itu juga gak ada. Ku sempatkan ke dapur, dan ternyata benar. Mayat kak tommy sudah menghilang. Apa itu, apa yang terjadi.aku semakin takut dengan semua ini. Tujuan utama ke kamar kakek. Segera aku kesana dan,,,dan.. lukisan itu hilang. Hilang. Dimana lukisan itu, dimana orang-orang itu. Sial. Apa yang harus kulakukan? Aku gak tahu.
Aku terduduk di karpet merah itu, aku menangis, aku takut, aku bingung. Sejenak aku mencoba menjernihkan pikrianku. Mencoba untuk berfikir. Keanehan pertama terjadi saat kakek yang tidak biasanya. Pergi ke kantor malam-malam hanya untuk sebuah lukisan langka. Keanehan kedua di saat seseorang misterius memberikan pesan kematian kepada kami dan memberikan potongan telinga yang di duga pemiliknya adalah pak musni. Setelah itu aku melihat lukisan itu. Berarti pak musni telah terbunuh saat aku melihat mayat tergeletak di lukisan itu. Kemudian keanehan berikutnya, pak johan yang sakit dan berbaring menggunakan seragam lengkap. Dan saat ku lihat di lukisan terlihat sosok bayangan yang sedang dalam posisi jongkok. Aku duga itu adalah pak johan. Lalu ku temukn pak johan tewas, berarti lukisan ini yang menandakan pesan kematian, tetapi bertolak belakang dengan kejadian pak musni yang tewas terlebih dahulu.
Keanehan selanjutnya, semua lukisan di ruang seni hilang dan di ganti dengan lukisan orang-orang di rumah ini. Keanehan terakhir, lukisan ini hilang. Siapa yang bisa memindahkannya dengan cepat. Dan dimana lukisan itu? Hemm, sepertinya aku mulai memahami ini semua, jika ini sebuah lelucon yang dibuat kakek ku untukku. Berarti, seharusnya mayat 2 orang satpam itu harusnya hilang.
Aku langsung berlari keluar rumah dan memastikan kedua mayat itu. Hemm, aku tersenyum singkat. Kedua mayat itu hilang. Sudah ku duga. Berarti tidak salah lagi, ruangan yang pas untuk memindahkan lukisan sebesar 3 x 4 meter itu dengan cepat adalah di garasi. Yah di garasi. Aku mulai tidak takut lagi, sepertinya ini sebuah permainan yang dibuat oleh kakekku. Aku berjalan menuju garasi, gak terlalu jauh dari posisi kedua mayat menuju garasi. Ku buka pintu garasi, gelap. Aku gak tahu dimana tempat nyalain lampunya. Agak lama aku mencari stop kontaknya, hape ku berdering. Kulihat hapeku, ternyata sms dari kak tommy yang isinya,
Nino, kamu kemana? Kok kamu kabur dari rumah kakek sih? Kita susah-susah nyariin kamu loh.

Kabur? Sms apa ini? Siapa yang kabur? Lalu aku sms balik ke kak tommy dengan mengatakan bahwa aku lagi di garasi mobil, dan bertanya dimana kalian bersembunyi. Tapi yang lebih mengejutkan ku, sms yang di bales kak tommy,


Kamu ngomong apa sih? Kakak sama pak musni lagi di garasi nih, mau masuk mobil cari kamu, jangan bercanda deh. Kamu dimana no?

Apa? Garasi? Maksudnya? Jangan-jangan ini bukan candaan yang dibuat kakekku. Apakah ini nyata? Sebenarnya aku dimana? Aku gak balas sms kakakku. Aku segera mencari stop kontaknya. Sip, ketemu. Ku nyalakan lampunya dan, deg,deg,deg huaaaah,,, apa ini,,,apa? Semua lukisan kakek ada disini, begitu juga dengan mayat-mayat satpam, kak tommy. Aaaaaaaaaaaaaaaa….. kepala kakek ada di meja, lusi tergantung. Apa ini? Apa yang terjadi.
Aku lalu terduduk dengan lemas, aku gak tahu. Apa ini, apaa? Lalu aku sms kakak ku tommy, aku bilang kalau aku gak tahu ada dimana. Tiba-tiba di depan ku telah ada lukisan itu. Lukisan kematian itu. Dan tergambar aku sedang duduk di antara lukisan. Seperti kenyataan, memang aku lagi duduk di antara lukisan sekarang. Namun, di lukisan itu tergambar sesosok bayangan yang membawa pedang tajam siap memenggal kepalaku, dan ………………………………......…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Keesokan harinya. Di sebuah acara berita, di televisi.


Telah hilang, cucu seorang pengusaha kaya raya di kediamannya sendiri pada pukul 12.30 waktu setempat. Cucu bapak Rudy Hadi Setiawan itu bernama Noni Al-Furoni. Di duga hilang setelah kabur dari rumah. Jika ada yang mellihatnya kami harap anda dapat memberitahu keluarga korban atau hubungi kantor kepolisian.

Lukisan itu ternyata tidak ada, Louis Carl Maxime seorang pelukis psikopat itu adalah seorang jenderal Russia yang telah lama tewas saat perang saudara, hape kak tommy ternyata telah hilang 5 hari yang lalu, yang lebih aneh, kami bertiga aku, kak tommy, dan lusi, tidak pernah berlibur di rumah kakek saat itu. Lukisan siapakah itu? Dimana lukisan itu? Mungkin saja kini berada di rumah kalian.



END


Karya : Muhammad Imam Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar