Sabtu, 09 Agustus 2014

Goresan Tangan Lelaki Kecil



Assalamualaikum.

Pukul 08:50 WIB

Pagi-pagi sambil sruput kopi dan martabak, akhirnya ada ide untuk membuat tulisan ini. Beberapa pengalaman yang dituangkan dalam secangkir kopi. Hmmmh menarik.  Lets check it out bro...


Ini kisah diciptakan saat aku sudah terbiasa dengan situasi saat ini. Dimana hujan di musim semi terus menampakan bias pelangi dibawah dahan dedaunan hijau. Dimana ketika kisah ini tercipta telah banyak referensi dalam suka duka selama hidup. Seorang anak lelaki yang berjalan mencari tahu segala. Sementara mimpi-mimpi itu tak lagi nyata anak lelaki itu pun terus berjalan.

Sementara wanita yang pernah membawa mimpi dan janji-janji. Melupakan segalanya. Anak lelaki itu terus memapah asa dan harapan dengan wanita lain yang ditemukannya. Bagaimana mungkin hati satu penuh cinta? Dulu kita adalah kabut dan embun, dingin dan berdebu. Memiliki penglihatan berbeda mempunyai tujuan sama. Dulu. Ya itu dulu. Dulu pun kita masih saling memuji, dulu pun kita masih tetap tertawa. Namun sekarang nyatanya anak lelaki itu hanya terdiam, duduk dibawah pohon rindang yang disinai terik matahri. Hanya sementara, kebahagiaannya bukan hanya dia, anak lelaki itu akan terus mencari dan bertahan hingga menjadi seorang pria dewasa yang memutuskan dan memilih.

Banyak rencana yang diciptakan. Olehku dan olehmu.? Tanya selalu terbesit ditelingaku. Begitu kata anak lelaki itu. Knii anak lelaki itu memegang sebilah pisau dan mengacungkan kepada semua orang yang lewat. Dia gila dia berbahaya kata orang-orang itu. Namun wanita itu datang dan memegang sisitajam pisau itu. “kamu tidak akan menjadi pemberani jika seperti itu” dengan tenang wanita itu berbicara. Tangan yang dipenuhi darah wanita itu tersenyum. Anak lelaki itu terdiam berjuta kata.

Wanita itu tidak menyuruh, tidak menuntut. Dia memegang pisau itu dan menasihatinya. Sekejap anak lelaki itu suka dengan wanita itu. Suka dengan sesuka-sukanya. Jika saja aku menemukan wanita ini sejak awal, pikirnya. Anak lelaki itu menurunkan pisaunya dan segera membalut luka tangan wanita itu. Bukankah seorang lelaki itu harus melindungi wanitanya? Itu salah. Wanitalah yang harus selalu melindungi prianya, karena pria seperti binatang yang sedang tersesat dan kelaparan. Bisa saja mati ditengah hutan. Ataupun dijadikan budak hewan oleh saudagar. Ataupun tetap tersesat dengan saling membunuh. Wanitalah yang selalu menjadi penjaga pria. Selalu.

Wanita itu terbangun dan mengusap rambut anak lelaki itu. Aku bukanlah milikmu, aku adalah penjagamu, aku bukanlah musuhmu, aku adalah temanmu terlebih sahabatmu. Aku bukan juga seorang yang pantas kau mainkan, sekalinya penjagamu hilang, hilang sudah arahmu. Jadi, turunkan pisaumu dan letakan itu dibelakang bajumu. Gunakan pisau itu untuk memburu, mencari makan untukku.

Anak lelaki itu menangis,menangis dengan kencang seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Wanita itu pergi dan membiarkannya menangis. Sepanjang malam anak lelaki tiu menangis. Menangisi tindakannya yang selama ini ternyata adalah sebuah kesalahan. Kesalahan mencari dan menunggu seseorang yang seharusnya tak patut dicari dan ditunggu. Sedangkan wanita tadi telah membuktikan dengan nyata bahagianya bahagia dia juga. Anak lelaki itu menyadari bahwa kebahagiaan itu bukanlah muncul dari satu pintu, namun muncul layaknya air sungai yang tak ada hentinya. Teruslah mencari kebahagiaan dan lepaskan apapun yang membelenggu kebahagiaan itu. Lepaskan. Karena kebahagiaan itu adalah hak.


Thanks for reading.

Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar