Assalamualaikum.
Pukul 08:50 WIB
Pagi-pagi sambil sruput kopi dan martabak, akhirnya
ada ide untuk membuat tulisan ini. Beberapa pengalaman yang dituangkan dalam
secangkir kopi. Hmmmh menarik. Lets check
it out bro...
Ini kisah diciptakan saat aku sudah terbiasa dengan
situasi saat ini. Dimana hujan di musim semi terus menampakan bias pelangi
dibawah dahan dedaunan hijau. Dimana ketika kisah ini tercipta telah banyak
referensi dalam suka duka selama hidup. Seorang anak lelaki yang berjalan
mencari tahu segala. Sementara mimpi-mimpi itu tak lagi nyata anak lelaki itu
pun terus berjalan.
Sementara wanita yang pernah membawa mimpi dan
janji-janji. Melupakan segalanya. Anak lelaki itu terus memapah asa dan harapan
dengan wanita lain yang ditemukannya. Bagaimana mungkin hati satu penuh cinta? Dulu
kita adalah kabut dan embun, dingin dan berdebu. Memiliki penglihatan berbeda
mempunyai tujuan sama. Dulu. Ya itu dulu. Dulu pun kita masih saling memuji,
dulu pun kita masih tetap tertawa. Namun sekarang nyatanya anak lelaki itu
hanya terdiam, duduk dibawah pohon rindang yang disinai terik matahri. Hanya sementara,
kebahagiaannya bukan hanya dia, anak lelaki itu akan terus mencari dan bertahan
hingga menjadi seorang pria dewasa yang memutuskan dan memilih.
Banyak rencana yang diciptakan. Olehku dan olehmu.? Tanya
selalu terbesit ditelingaku. Begitu kata anak lelaki itu. Knii anak lelaki itu
memegang sebilah pisau dan mengacungkan kepada semua orang yang lewat. Dia gila
dia berbahaya kata orang-orang itu. Namun wanita itu datang dan memegang
sisitajam pisau itu. “kamu tidak akan menjadi pemberani jika seperti itu”
dengan tenang wanita itu berbicara. Tangan yang dipenuhi darah wanita itu
tersenyum. Anak lelaki itu terdiam berjuta kata.
Wanita itu tidak menyuruh, tidak menuntut. Dia memegang
pisau itu dan menasihatinya. Sekejap anak lelaki itu suka dengan wanita itu. Suka
dengan sesuka-sukanya. Jika saja aku menemukan wanita ini sejak awal, pikirnya.
Anak lelaki itu menurunkan pisaunya dan segera membalut luka tangan wanita itu.
Bukankah seorang lelaki itu harus melindungi wanitanya? Itu salah. Wanitalah yang
harus selalu melindungi prianya, karena pria seperti binatang yang sedang
tersesat dan kelaparan. Bisa saja mati ditengah hutan. Ataupun dijadikan budak
hewan oleh saudagar. Ataupun tetap tersesat dengan saling membunuh. Wanitalah yang
selalu menjadi penjaga pria. Selalu.
Wanita itu terbangun dan mengusap rambut anak lelaki
itu. Aku bukanlah milikmu, aku adalah penjagamu, aku bukanlah musuhmu, aku
adalah temanmu terlebih sahabatmu. Aku bukan juga seorang yang pantas kau
mainkan, sekalinya penjagamu hilang, hilang sudah arahmu. Jadi, turunkan
pisaumu dan letakan itu dibelakang bajumu. Gunakan pisau itu untuk memburu,
mencari makan untukku.
Anak lelaki itu menangis,menangis dengan kencang
seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Wanita itu pergi dan
membiarkannya menangis. Sepanjang malam anak lelaki tiu menangis. Menangisi tindakannya
yang selama ini ternyata adalah sebuah kesalahan. Kesalahan mencari dan
menunggu seseorang yang seharusnya tak patut dicari dan ditunggu. Sedangkan wanita
tadi telah membuktikan dengan nyata bahagianya bahagia dia juga. Anak lelaki
itu menyadari bahwa kebahagiaan itu bukanlah muncul dari satu pintu, namun
muncul layaknya air sungai yang tak ada hentinya. Teruslah mencari kebahagiaan
dan lepaskan apapun yang membelenggu kebahagiaan itu. Lepaskan. Karena kebahagiaan
itu adalah hak.
Thanks for reading.
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar